Minggu, 05 Februari 2017

Menangkap Makna dari Sepersekian Waktu



Hi ..
Berjumpa kembali dengan coretan ku,
Hari yang panjang, melelahkan, lemas dan capek yang serasa nggak hilang-hilang. Namun, mulut ini tak pernah berhenti berdoa dan berharap, semoga kelak terwujud dan terbayarkan atas tetes peluh dan seluruh perjuangan. LPDP edufair 2017 terakhir yang diselenggarakan di UMY itulah awal dari semuanya. Tak terbayangkan begitu banyak animo yang datang, diperkirakan sekitar 13000 pengunjung. So Amazing!! Jadwal tertulis jam 08.00 opening, tapi tak sedikit yang sengaja datang lebih pagi, bahkan jam 06.00 sudah ditempat. Aku sendiri yang datang bersama salah satu temanku sengaja mepet waktunya. Maklum, baru sekali ini mengikuti edufair nya LPDP. Apalgi kita notabennya masih mahasiswa semester awal. But, tidak ada salahnya bukan?
Karena aku pikir, yang berdiri di jajaran mereka bukanlah orang yang jenius, bukanlah orang yang berpunya atau berekonomi tinggi, bukan pula mereka yang memeilki skor nilai IELTS maupun TOEFL yang tinggi. SAMA SEKALI BUKAN. Mereka adalah para pemburu beasiswa yang optimis, ulet, tekun dalam menyaring info-info tentang beasiswa, tentunya dengan prioritas memenuhi syarat (tidak terlalu muluk-muluk) dalam meng-explain riset dan penelitiannya.
Mereka menyadari dari awal bahwa membangun mimipi, apalagi mimpi untuk melanjutkan studi jenjang S2 atau S3 diluar negeri dengan beasiswa baik fullscholarsip maupun part, semuanya butuh waktu yang tidak sebentar. Persiapan yang matang juga mental yang tak kalah diperhatikan . Pun dengan kami, LPDP hanya mengadakan event-event besar seperti ini, tidak tiap bulan. Bahkan belum tentu tiap tahun ada. Makanya bisa dimanfaatkan. Meski harus bersabar, membudayakan antri selama kurang lebih 3,5 jam.
Dalam panjangnya antrian pun aku tak habis pikir. Ada kebiasaan buruk orang Indonesia sudah mendarah daging di negara ini. Ketika hati merasa adem ayem, dengan tertibnya antrian dalam LPDP edufair 2017, ehh tiba tiba ada beberapa orang yang menyerobot begitu saja. Apa mereka nggak mikir, semua orang yang berdiri disana sama. Mereka mengantri, menunggu hanya 1 atau 2 jam. Kalo ingin duluan, berangkatnya mesti pagi-pagi, seperti kenalanku yang katanya pukul 06.00 sudah siap-siap. Disisi lain, yang belum banyak diterapkan di negara ini adakah kebiasaan memanfaatkan waktu. Yaa, dalam jangka waktu 2 hingga 3 atau bahkan 4 jam sebagian besar hanya ngobrol kesana kemari, gosip ini itu, atau mentoknya bahas stylelife kos mapun universitas masing-masing. Namun, ada yang awas dari penglihatanku, ada sebagian dari mereka yang menyempatkan diri untuk bahas skripsi, tugas, baca buku bahkan sekilas ku lirik di antrian seberang ada mbak-mbak yang merajut. Aktivitas mereka lah yang perlu di contohkan untuk generasi mendatang. Hebat bukan Seadainya 13.000 orang semuanya sepert itu, ahh Indonesia memilki banyak penerus dari tokoh tokoh hebat. 
Juga tentang niat awal mengikuti event. BJ. Habibie pernah mengatakan “No free luch.” Dimanapun. Tanamkan itu. Hehe. Karena apa? Sebagian orang Indonesia mengikuti seminar, workshop, edufair, atau event lainnya salah satu pemicunya adalah dapat snack gratis, makan gratis plus sertifikat. Termasuk aku (dulu). Seiring bertambahnya usia mindset nya berubah. 
Satu lagi yang tersirat di benakku ketika telah masuk sportarium UMY. Meski tak boleh meremehkan para pemburu info beasiswa ini, tapi ternyata dari belasan ribu orang tersebut, tidak semuanya benar benar ingin mengetahui more and more about this scholarship information . Jadi berbanggalah kalian yang benar benar minat untuk lanjut studi ke negara lain. Gunakan peluang itu untuk giat, belajar dan berpikir lebih keras lagi dalam segala hal. Mulai sekarang. Apapun. Dimanapun. Fokus. Transform our spirit from poor to rich.

Jogja,04012017