BAB I
PENDAHULUAN
Hadis Nabi selalu hangat untuk diperbincangkan meski sudah ada sejak tahun
700 masehi. Perkataan, perbuatan dan ketetapan tersebut sebagai sabda Nabi Muhammad
SAW, menjadi pedoman bagi umat Islam untuk menjalani setiap langkah hidupnya.
Tentu saja, hadis mencakup berbagai aspek kehidupan, baik itu masalah teologis,
sosiologis, maupun saintifis. Meski mencakup beberapa hal, tetap bermuara pada pengabdian
seorang hamba kepada tuhannya.
Dalam permasalahan saintifis, Nabi Muhammad SAW memberi informasi yang pada
masanya belum terbukti. Informasi tersebut baru dibuktikan ratusan tahun
setelahnya. Pakar-pakar sains baik dari kalangan muslim dan non-muslim turut
andil dalam mengungkap hal tersebut meski tidak selalu dilatarbelakangi oleh
hadis nabi. Salah satu informasi nabi perihal saintifis adalah adanya racun
pada sayap kiri lalat beserta penawarnya disayap kanan.
Tanggapan atas hadis nabi tentang lalat sangat beragam. Umat muslim tentu
saja menganggap informasi itu benar, tidak perduli sudah terbukti secara ilmiah
atau tidak. Umat islam kebanyakan menerima dengan mudah informasi saintifis
karena beranggapan adanya keterkaitan dengan aspek teologis. Namun, alangkah
bijaknya untuk tetap membuktikannya secara ilmiah menggunakan studi keilmuan
yang fokus pada permasalahan tersebut.
Oleh karena itu, penulis ingin mengupas lebih dalam permasalahan hadis nabi
tentang lalat. Agar lebih sistematis, penulis menghimpun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana kualitas hadis nabi tentang lalat beserta pendapat ulama terkait
hal tersebut?
2. Bagaimana pembuktian secara ilmiah hadis tentang lalat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teks Hadis Tentang Lalat Dan Takhrijnya
حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ،
قَالَ: حَدَّثَنِي عُتْبَةُ بْنُ مُسْلِمٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ بْنُ
حُنَيْنٍ،قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ: قَالَ
النَّبِيُّ: " إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي شَرَابِ أَحَدِكُمْ
فَلْيَغْمِسْهُ، ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ
فَإِنَّ فِي إِحْدَى
جَنَاحَيْهِ دَاءً وَالْأُخْرَى شِفَاء "
Artinya :
Telah bercerita kepada kami Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepada
kami Sulaiman bin Bilal berkata; telah bercerita kepadaku Utbah bin Muslim
berkata; telah mengabarkan kepadaku Ubaid bin Hunain berkata; saya mendengar
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Jika ada seekor lalat yang terjatuh pada minuman kalian maka
tenggelamkan kemudian angkatlah, karena pada satu sayapnya penyakit dan sayap
lainnya terdapat obatnya.”
b. Hadis yang setema
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ عُتْبَةَ بْنِ مُسْلِمٍ،
مَوْلَى بَنِي تَيْمٍ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ حُنَيْنٍ،مَوْلَى بَنِي زُرَيْقٍ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ
فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ، ثُمَّ لِيَطْرَحْهُ، فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ شِفَاءً،
وَفِي الآخَرِ دَاءً
Artinya :
Telah bercerita kepada
kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ja’far, dari Utbah bin
Muslim, Maula Bani Tamm, Ubaid bin Hunain, Maula Bani Zaraq, dari Abi Hurairah
radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jika ada seekor lalat yang terjatuh pada minuman kalian maka tenggelamkan
kemudian angkatlah, karena pada satu sayapnya penyakit dan sayap lainnya
terdapat obatnya."
2)
HR. Darimi
2082[3]
حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثُمَامَةَ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا وَقَعَ الذُّبَابٌ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ
فَلْيَغْمِسْهُ، فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ دَاءً، وَفِي الْآخَرِ شِفَاءً
"
Artinya :
Telah mengabarkan kepada kami Sulaiman bin Harb, telah menceritakan kepada
kami Hammad bin Salmah, dari Tsamamah bin Abdillah bin Anis, dari Abu Hurairah
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila seekor lalat
terjatuh dalam minuman salah seorang dari kalian, hendaknya ia mencelupkan
seluruhnya kemudian mengangkatnya, karena di salah satu sayapnya terdapat
penyakit dan sayap yang lain adalah penawarnya."
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ
عَلِيٍّ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ قَالَ:
حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ خَالِدٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ
فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَمْقُلْهُ»
Artinya :
Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin Ali, ia berkata; telah menceritakan
kepada kami Yahya, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b,
ia berkata; telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Khalid dari Abu Salamah dari
Abu Sa'id Al Khudri dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Apabila seekor lalat jatuh dalam bejana salah seorang diantara kalian
maka hendaknya ia membenamkannya ke dalam air.”
c. Takhrij Hadis
No
|
Nama Kitab
|
Nomor Hadis
|
1
|
Shahih Bukhori
|
5782, 3320
|
2
|
Sunan Nasa’i
|
4262
|
3
|
Abu Dawud
|
3844
|
4
|
Darimi
|
2082
|
5
|
Ibnu Majah
|
3505, 3504
|
d. Kualitas Perawi Hadis (Jarh wa Ta’dil)[6]
Nabi Muhammad SAW → Abu Hurairah → Ubaid bin Hunain → Utbah bin Muslim → Sulaiman bin Bilal → Khalid bin Makhlad → Imam Bukhori
- Abu Hurairah (w. 57 H)
Nama lengkap : Abu Hurairah Ad-Dausy (Banyak sahabat yang
berbeda pendapat mengenai namanya. Namun, itu merupakan namanya yang masyhur)
Nama kuniyah : Abu Aswad
Nasab : ad-Dausy, al-Yamani
Guru-guru : Nabi SAW, Abu Bakar
as-Shiddiq, Umar bin Khottab, Usman bin affan, Aisyah binti Abu Bakar, Zaid bin
Tsabit, Abdullah bin Mas’ud, Abu Said al-Khudri, Abu Dzar al-Ghifari
Murid-murid : Abu Bakar bin Abdurrahman, Ubaid bin
Hunain, Iyas bin Muawiyah, Abi Ayyub al-Anshari, Hamid bin Malik al-Hijazi
Jarh Ta’dil : Mengenai kualitasnya, jumhur ulama
mengatakan bahwa semua rawi yang berada di tingkatan sahabat adalah adil.
- Ubaid bin Hunain (w. 105 H)
Nama lengkap : Ubaid bin Hunain
Nama kuniyah : Abu Abdillah
Nama masyhur : Ubaid bin Hunain at-Tha’i
Nasab : at-Tha’i, al-Madani
Guru-Guru : Hasan bin Ali bin Abu Thalib, Abu
Hurairoh, Abdullah bin Umar, Abu Musa al-Asyari, Abdullah bin Abbas
Murid-murid : Utbah bin Muslim, Abdullah bin
Abdurrahman bin Abi Dzubab, Abu Zanah bin Abdullah bin Dzakwan, Salim Abu Nadr,
Marwan bin Utsman bin Abi Said al-Ma’la al-Anshori, Yahya bin Said al-Anshori
Jarh Ta’dil : Abu Hatim, Ibnu Hajar al Asqalani
dan Muhammad bin Sa’d Katibul Waqdi mengatakan bahwa kualitas rawi ini adalah tsiqoh
- Utbah bin Muslim
Nama lengkap : Utbah bin Muslim
Nama masyhur : Utbah bin Abi Utbah
At-Tamini
Laqob : Ibnu Abi Utbah
Nasab : at-Tamimi, al-Madani
Guru-guru : Hamzah bin Abdullah bin Umar, Ubaid
bin Hunain, Abdulah bin Rafi’ bin Hudaij, Ikrimah Maula pada Ibnu Abbas,
Nafi’ bin Jubair bin Ma’tha, dan Abi Salamah bin Abdurrahman Disy
Murid-murid : Said bin Abi Hilal, Malik bin Abi
al-Hasan, Muhammad bin Ishaq, Muslim bin Khalid az-Zanji, Sulaiman bin Bilal,
Yusuf bin Ya’qub bin Majusy, Muhammad bin Ja’far bin Abi Katsir
Jarh Ta’dil : Ibnu Hibban,
nasa’i, Tirmidzi mengataknnya tsiqoh
- Sulaiman bin Bilal (w. 177 H)
Nama lengkap : Sulaiman bin Bilal
Nama masyhur : Sulaiman bin Bilal al
Quraisy
Nama kuniyah : Abu Ahmad, Abu Ayyub
Nasab : al-quraisy, at-Tamimi, al-Madani
Guru-guru : Hamid Thawil, Ibrahim bin Abi Asid
al-Barad, Ja’far bin Muhammad, Khotsim bin ‘Irak bin Malik, Abdullah bin
Sulaiman al-Islami, Utbah bin Muslim, Shalih bin Kisan, Suhail bin Abi
Shalih, Abi Hazm Salamah bin Dinar
Murid-murid : Ziyad bin Yunus, Abdullah bin Mubarok,
Abdullah bin Wahab, Said bin Hakim bin Abi Maryam, Abu Amir Abdul Malik bin
Umar al-Aqdi, Marwan bin Muhammad ad-Dimsyaqi at-Thathari, Musa bin Daud
ad-Dloby, Yahya bin Shakih al-Wahadzi, Khalid bin Makhlad
Jarh Ta’dil : Abu Ahmad bin Ady al-Jarajani, Abu
al-Qasim, Abu Hatim bin Hibban al-Bustani, Abu Abdullah al-Hakim, Abu Ya’la
al-Kholili mengatakan tsiqoh. Adapun Ahmad bin Hanbal menyebutnya laba’sa
bih
- Khalid bin Makhlad (w. 213 H)
Nama lengkap : Khalid bin Makhlad
Nama masyhur : Khalid bin Makhlad
al-Qathwani
Nama kuniyah : Abu al-Hitsam
Nasab : al-Qathwani, al-Kufy
Madzhab : Syiah
Guru-guru : Sulaiman bin Bilal, Ishq bin
Hazm al Madani, ar-Rabi’ bin Mudzir ats-Tsauri, Said bin Saib, Abdurrahman bin
Abdul Aziz al-Imami, Abdullah bin Sulaiman al-Islami, Sulaiman bin Bilal, Said
bin Muslim
Murid-murid : Bukhori, Ahmad bin Yusuf, Ishaq
bin Rahawaih, Ibrahim bin Abdurrahman bin Mahdi, Ahmad bin Kholil al-Bazari,
Ahmad bin Utsman bin Hakim, Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah,
Abbas bin Muhammad, Abu dawud Sulaiman bin Sayf al-Harani
Jarh Ta’dil : Abu Hatim, Ahmad bin Abdullah
al-Ajli, Sholih bin Muhammad mengatakan tsiqoh, Abu dawud menilai shuduq,
juga Yahya bin Muin yang menyebutnya ma ba’sa bih.
Berdasarkan penelitian tersebut, tidak satupun perawi hadis tersebut yang
berstatuf dloif (minimal paling rendah tingkatannya adalah shuduq).
Akan tetapi secara keseluruhan kebanyakan perawi hadis berada di tingkatan tsiqoh,
bahkan ada yang berada pada derajat tsiqotus tsiqoh. Ditambah pula,
tidak sedikit hadis pendukung terhadap hadis tersebut. Oleh karena itu, hadis
yang telah dipaparkan diatas, dapat dikategorikan sebagai hadis yang
kualitasnya shahih dan maqbu dari segi
sanad.
B.
Lalat : Serangga pembawa bibit penyakit
Lalat adalah serangga kecil yang memiliki dua sayap dipunggungnya.
Lalat adalah serangga kecil berasal dari bernga, dapat terbang, berwarna hitam,
suka hinggap pada barang yang busuk (bangkai, kotoran, dan sebagainya) dan
dapat menyebarkan penyakit.[7]
Keberadaanya secara umum
tidak diinginkan oleh semua orang. Secara umum masyarakat, berpikir bahwa lalat
mempresentasikan akan sesuatu yang kotor dan penuh kuman penyakit. Secara
kedokteran memang seperti itu adanya. Dikatakan dalam dunia medis, bahwa lalat
dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti infeksi mata, infeksi kulit dan
infeksi enterik (seperti diare), Desentry, Thypus, TBC, dan sebagainya. Hal ini
disebabkan lalat adalah media berbagai kuman penyakit (carier patogen) mulai
bakteri patogen bahkan virus penyebab berbagai penyakit, yang menempel di
badannya.
“Organisme
yang disebarkan M. domestica[8]
kurang lebih ada 100 jenis yang bersifat patogen[9]
terhadap manusia dan hewan. Lalat ini membawa agen penyakit yang diperoleh dari
sampah, limbah buangan rumah tangga dan sumber kotoran lainnya. Agen penyakit
ditularkan dari mulut melalui vomit drops, feses dan bagian tubuh lainnya yang
terkontaminasi dan dipindahkan pada makanan manusia atau pakan hewan/ternak.
Penelitian terakhir membuktikan infeksi Helicobacter pylori,[10] Escherichia
coli[11],
Cryptosporidium parvum dan H5N1[12] dapat ditularkan oleh M. domestica.”[13]
Karena lalat adalah serangga yang selalu hidup
ditempat yang kotor. Ia terbang hinggap kesana kemari di tempat yang kotor
kemudia hinggap pada makanan atau minuman maka dapat menimbulkan wabah, sehingga
makanan atau minuman yang telah dihinggapi oleh lalat tidak diperbolehkan untuk
dikonsumsi.
C.
Kontroversi
hadis lalat
Hadis tentang lalat ini menuai komentar yang beragam. Secara umum
masyarakat mengakui bahwa lalat adalah serangga kotor pembawa kuman penyakit.
Hal tersebut diakui secara medis, jadi dalam pendangan medis, hadis tersebut
tidak masuk akal. Bahkan para kaum teolog juga berpendapat demikian, matan hadis tersebut dirasa tidak masuk akal
karena bertentangan dengan rasio dan
medis.[14]
Hal tersebut juga terlihat dalam praktek masyarakat muslim sendiri. Hadis ini bagi masyarakat muslim sangat problematis. Makanan ataupun minuman
yang telah dihinggapi oleh lalat, bahkan hingga tercebur didalamnya,mereka akan
membuang makan atau miuman tersebut. Secara rasio mereka tidak dapat menerima
dan mempraktekan hadis tersebut. Meskipun, dilihat dari sanadnya, hadis ini shohih, tetapi stigma akan lalat yang kotor dan
membawa berbagai macam penyakit tidak bisa diabaikan oleh mayoritas umat muslim.[15]
Secara medis kelihatannya hadis tersebut meragukan, tidak ilmiah
dan tersangkal secara keilman (Dr. Maurice Bucaille juga termasuk yang
menyangkalnya). Menurut pertimbangan yang rasional, bahwa lalat adalah binatang
kotor, yang makanannya adalah bangkai, kotoran manusia dan hewan, sampah dan
sebagainya. Lalat juga menyebarkan berbagai penyakit mulai Kholera, Diare,
Desentry, Thypus, TBC, dan sebagainya. Hal ini disebabkan lalat merupakan media berbagai kuman penyakit (carier
patogen) mulai bakteri patogen bahkan virus penyebab berbagai penyakit, yang
menempel di badannya.Sungguh tidak “masuk akal” hadis di atas. Itulah komentar
para ilmuwan. Wajar saja bila Dr. Maurice Bucaille — seorang dokter ahli bedah asal Perancis yang
sudah masuk Islam — pun menyangsikan keabsahan hadis tersebut.[16]
Mereka yang menolak hadis ini berkomentar[17]
:
“ Bahkan
(hadist ini) menganjurkan agar kuman itu (kuman pada lalat) semakin ditambahi,
karena diperintahkan agar lalt tersebut dibenamkan ke dalam makanan atau minuman. Dalam keadaan
seperti itu mana mungkin ada oba dalam makanan tersebut?”
“Hadist ini
tidak dapat dibenarkan pengertianya. Tidak layak Rasulullah telah
mengucapkannya. Kalaupun benar-benar hal tersebut pengucapanya, maka itu merupakan
ucapan yang salah, sehingga memunculkan pendapat orang yang tidak menerima
kema’shumannya.”
Namun beberapa kaum teolog yang lain, mencoba menanggapi hadis ini
dengan respon positif. Seperti yang ditunjukan oleh Yusuf Qardhawi, Beliau berpendapat bahwa hadis tersebut berisi
anjuran dalam hal persoalan duniawi, khususnya dalam kondisi krisis ekonomi
dalam lingkungan tertentu yang mengalami kekurangan bahan pangan, agar tidak
membuang makanan yang telah terhinggapi lalat, bahkan hadis ini memberikan
penekanan tentang pembinaan generasi untuk hidup sederhana dan bersikap tidak
boros.[18]
Beberapa yang lain juga mencoba merespon hadis ini sebagai hadis
yang problematis serta dilematis untuk penduduk Arab sendiri. Sebagian besar
wilayah Arab adalah padang pasir yang
tandus. Air sebagai kebutuhan pokok bagi tubuh manusia menjadi penting
keberadaanya di padang pasir ini. Pada wilayah padang pasir air tidak dapat ditemukan
dengan mudah seperti halnya di daerah tropis Indonesia. Mereka yang terdesak
dengan keterbatasan air, berada dalam keadaan dilematis, ketika satu-satunya
air yang dipunyai dihinggapi oleh lalat. Meraka
dihadapkan dengan dua pilihan yaitu jika membuang air, mereka akan mati
kehausan atau ketakutan akan kematian akibat bibit penyakit yang dibawa oleh
lalat itu sendiri.[19]
Sehingga pilihan satu-satunya adalah memakai solusi yang ditawarkan hadis
tersebut. Dr. Zaghlul an-Najjar menambahkan bahwa keadaan seperti itu hanya
mampu dipahami oleh orang yang mengalami keadaan tersebut. Sehingga dapat
digaris bawahi bahwa hadist ini cukup solutif untuk konteks wilayah Arab yang
sangat sulit akan air dan bagi orang yang dalam keadaan darurat.
Respon yang lain datang dari akademisi yang mencoba meneliti hadis
tersebut dengan pendekatan ilmiah saintik. Mereka melakukan percobaan terhadap
air yang dihinggapi lalat saja dan air yang dihinggapi lalat serta
menenggelamkan seluruh tubuh lalat.[20]
Hasil penelitianya akan kami uarikan di babselanjutnya.
D.
Bukti Ilmiah
tentang lalat
Sejumlah riset belakangan ternyata menguatkan kebenaran hadis
tersebut. Penjelasan Rasulullah SAW ini, kini termasuk di antara ilmu baru yang
ditemukan beberapa tahun belakangan ini, dari hasil
penelitian ditemukan bahwa ketika lalat hinggap di atas kotoran, dia memakan
sebagiannya, dan sebagiannya lagi menempel pada anggota badannya. Sehingga
dapat dipastikan bahwa lalat adalah serangga pembawa bibit penyakit. Selain
itu, dalam tubuh lalat juga mengandung imunitas terhadap kuman-kuman yang
dibawanya. Oleh karena itulah kuman-kuman yang dibawanya tidak membahayakan
dirinya. Imunitas tersebut menyerupai obat anti biotik yang terkenal mampu
membunuh banyak kuman. Pada saat lalat masuk ke dalam minuman dia menyebarkan kuman-kuman
yang menempel pada anggota tubuhnya. Tetapi apabila seluruh anggota badan lalat
itu diceburkan maka dia akan mengeluarkan zat penawar (toxine) yang membunuh
kuman-kuman tersebut.[21]
Pernyataan di atas juga dapat dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tim Departemen
Mikrobiologi Medis, Fakultas Sains, Universitas Qashim. Mereka berhasil
membuktikan kebenaran hadits tersebut. Hasil penelitiannya mereka presentasikan
pada acara ”Student Research Seminar” di Universitas Qashim, KSA.
Penelitian dilakukan dengan melakukan eksperimen yang cukup
sederhana, yaitu dengan mengkultivasi
(menumbuhkan) air steril yang telah dicelupkan lalat ke media kemudian mengidentifikasi mikroba yang tumbuh.
Lalat yang digunakan ada beberapa spesies, dan sample yang digunakan untuk tiap
spesies terdiri dari dua
sample, yaitu (1)
sample air steril dimana
lalat dimasukkan sedemikian rupa sehingga
hanya bagian sayap lalat saja
yang terkena air dan (2) sample air steril yang
dimasukkan lalat yang dicelup
seluruh tubuhnya. Semua ini dilakukan secara aseptis (bebas mikroba) di ruangan
khusus, untuk menghindarkan terjadinya kontaminasi dari luar. Sampel air
tersebut lalu dikultivasi ke sebuah media dan diinkubasi selama beberapa hari.
Sehingga, pembiakan mikroba tumbuh serta jelas terlihat mata.
Hasil penelitian menunjukkan, salah satu media ditumbuhi koloni
bakteri patogen tipe E. Coli yang merupakan penyebab berbagai macam
penyakit. Adapun pada media lainnya, pada awalnya tumbuh koloni kecil tipe E.
Coli, tetapi pertumbuhannya terhambat oleh mikroorganisme Bactery Actinomyces yang
memproduksi antibiotik. Bakteri tersebut menghasilkan antibiotik yang dapat
diekstrak, yakni menghasilkan actinomycetin dan actinomycin yang
bersifat antibakteri dan antifungi. [22]
Dari penelitian tersebut beberapa catatan penting perlu dikemukakan
sebagai berikut[23]
:
1.
Bahwa sebagian
besar mikroba (seperti E. Coli) yang ada dalam tubuh lalat dapat
menyebabkan berbagai penyakit.
2.
Faktor yang
menggagalkan perkembangan mikroba yang dibawa oleh lalat adalah
antibakteri yang ada pada tubuh lalat itu sendiri, yaitu dengan membenamkan
tubuh lalat pada media.
3.
Jika terdapat
lalat yang hinggap pada makanan atau
minuman, kemudian terbang begitu saja tanpa adanya proses pembenaman secara
sempurna, maka makanan itu berbahaya untuk dikonsumsi.
Seperti yang dikutip dalam website UMY yang membahas hadis tentang
lalat. [24]
penulis juga mengutip dari koran Republika, terbitan Sabtu
tanggal 1 Mei 2004. Koran tersebut menurunkan sebuah tulisan, dengan judul “Lalat
: anatara penyakit dan obat”
“Bahwa studi
yang dilakukan oleh Universitas Colorado di Amerika menunjukkan bahwa lalat
tidak hanya berperan sebagai karier patogen (penyebab penyakit) saja, tetapi
juga membawa mikrobiota yang dapat bermanfaat.
Mikrobiota di
dalam tubuh lalat ini berupa sel berbentuk longitudinal yang hidup sebagai
parasit di daerah abdomen (perut) mereka. Untuk melengkapi siklus hidup mereka,
sel ini berpindah ke tubulus-tubulus respiratori dari lalat. Jika lalat
dicelupkan ke dalam cairan, maka sel-sel tadi akan ke luar dari tubulus ke
cairan tersebut.
Mikrobiota ini
adalah suatu bakteriofag yang tak lain adalah virus yang menyerang virus lain
serta bakteri. Virus ini dapat dibiakkan untuk menyerang organisme lain.
Bakteriofag sendiri saat ini sedang dikembangkan sebagai terapi (pengobatan)
bakteri terbaru.”
Sejauh ini penelitian tersebut telah mebuktikan bahwa empat spesies
lalat yang ia teliti (termasuk lalat
rumah) memproduksi berbagai bentuk antibiotik pada berbagai bentuk antibiotik
pada berbagai stadium dari siklus hidupnya. Penelitian tersebut dipublikasikan
tahun 2002, namun sampai sekarang belum diketahui kelanjutannya.
Walaupun dalam prakteknya
akan sulit bagi kita untuk mencelupkan keseluruhan badan lalat kedalam makanan,
paling tidak kebenaran hadist ini akhirnya terbukti setelah sekian lama
mengundang kontroversi di kalangan para ilmuwan.
KESIMPULAN
Dari pemamaran diatas, dapat kita ketahui bahwa Perkembangan Ilmu Pengetahuan (Sains) senantiasa
merespons doktrin keagamaan. Tidak sedikit ayat al-Qur’an maupun hadis yanag
sudah dapat dibuktikan kebenarannya oleh ilmu modern ini.
Hadis tentang obat pada sayap lalat, sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam kitab Shahih Bukhari nomor 3073, pada
akhirnya terbukti kebenarannya baik secara teoiritis maupun percobaan
laboratorium bahwa salah satu sayap pada lalat mengandung obat dan sayap
satunya lagi menganung racun. Sehingga ketika ada minuman yang dihinggapi
lalat, maka dianjurkan untuk mencelupkan seluruh tubuh lalat ke dalam air minum
tersebut. Sedangkan pada makanan yang dihinggapi lalat, bagian yang dihinggapi
lalat saja yang dibuang. Tidak semuanya. Salah satu alasannya adalah untuk
menghindari kemubadziran.
DAFTAR PUSTAKA
RI, Kemenag. 2011. Al-Qur’anul
Karim: Miracle The Reference, Panduan Terlengkap dan Praktis Mengamalkan
al-Qur’an, (Bandung: Sygma).
Software lidwa
Software Maktabah
Syamilah, Bukhari, 1999. Shahih Bukhari, (Beirut: Dar Thuq
an-Najah),
Software Maktabah
Syamilah, Darimi, 2000, Sunan ad-Darimi, (Beirut: Dar al-Mughni)
Software Maktabah
Syamilah, Nasa’i, 2000, Sunan an-Nasa’i, (Beirut: Dar al-Mughni
al-Mazi, al-Hafidz. 1994. Tahdzibul
Kamal, (Beiru: Darul Fikr)
Enggar Fitri. Loeki., Hastutik. Pudji, 2007, Potensi Musca Domestica Linn. Sebagai
Vektor Beberapa Penyakit
Ali. Nizar, 2008, Hadis Versus
Sains : Memahami Hadis-Hadis Musykil, (Yogyakarta: Teras)
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/kajian-hadis-tentang-lalat/, diakses pada
tanggal 15 April 2017
Najdiy Al-Qushaimy. Abdullah ibn Ali, 1993, Memahami
Hadist-Hadist Musykil, (Pustaka Mantiq)
Qardhawiy. Yusuf, 1994, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, (Bandung:
Kharisma).
Najjar. Zaghlul, 2006, Pembuktian
Sains dalam Sunnah (buku 2), (Jakarta: Sinar Grafika Offset)
Ali al-Kulaib. Abdul
Malik, 1992, Tanda-tanda Kenabian, (Jakarta: Gema Insani Press).
http://www.sakadoci.com/2017/01/bukti-ilmiah-bahwa-sayap-lalat.html, diakses pada
tanggal 15 April 2017
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/kajian-hadis-tentang-lalat/,
diakses pada tanggal 15 April 2017
http://kbbi.web.id/lalat,
diakses pada tanggal 15 April 2017
http://www.psychologymania.com/2012/08/penyakit-yang-disebabkan-oleh-bakteri.html,
diakses pada tanggal 15 April 2017
[2] Software
Maktabah Syamilah, Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 7, (Beirut: Dar
Thuq an-Najah, 1999), Hlm. 140 Bab “Jika ada seekor lalat yang terjatuh pada
minuman kalian”
[3] Software
Maktabah Syamilah, Imam ad-Darimi, Sunan ad-Darimi, Juz 2, (Beirut: Dar
al-Mughni, 2000), Hlm. 1297, Bab “Lalat yang berada pada makanan”
[4] Software
Maktabah Syamilah, Imam an-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i, Juz 2, (Beirut: Dar
al-Mughni, 2000), Hlm. 1297, Bab “Lalat yang berada pada makanan”
[8] M. domestica adalah salah satu jenis lalat rumah.
[9] Bakteri yang menyebabkan penyakit.
[10] Bakteri ini dapat mengakibatkan sakit tukak lambung. Lihat http://doktersehat.com/penyakit-yang-disebabkan-oleh-bakteri-helicobacter-pylori/
[11] Bakteri ini dapat mengakibatkan sakit diare, infeksi saluran kemih,
sepsis dan meningitis, lihat http://www.psychologymania.com/2012/08/penyakit-yang-disebabkan-oleh-bakteri.html
[12] Virus influenza yang menyebabkan penyakit flu burung.
[13] Pudji Hastutik dan Loeki Enggar Fitri, “Potensi Musca Domestica Linn. Sebagai
Vektor Beberapa Penyakit : Potency Of M. Domestica Linn. As A Vector For
Several Diseases” dalam Jurnal
Kedokteran Brawijaya, Vol. XXIII, No. 3, Desember 2007
[14] Kontroversi hadis di mesir
[15] Nizar Ali, Hadis Versus Sains : Memahami Hadis-Hadis Musykil,
(Yogyakarta, Teras : 2008) hal. 33
[17] Abdullah bin Ali An-Najdiy Al-Qushaimy, Memahami Hadist-Hadist
Musykil (Pustaka Mantiq : 1993) hal. 82-83
[18] Yusuf Qardhawiy, Kaifa Nata’ammal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyah,
diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir dengan judul Bagaimana
Memahami Hadis Nabi SAW, (Bandung: Kharisma, 1994), cet. ke-3, hal.
23.
[19] Zaghlul An-Najjar, diterjemahkan oleh M. Lukman, Pembuktian
Sains dalam Sunnah (buku 2), judul
asli Al-I’jaz Al-Ilmy fi As-Sunnah An-Nabawiyah Al-Juz’u Ast-Stani, (
Jakarta, Sinar Grafika Offset : 2006) hal. 104 lihat juga Nizar Ali, Hadis Versus Sains : Memahami
Hadis-Hadis Musykil, (Yogyakarta, Teras : 2008) hal. 33
[20] Penelitian dilakukan oleh tiga mahasiswa yaitu : Sami Ibrahim
Aj-Taili , 'Aadil 'Abdur Rahman Al-Misnid, Khalid Dha'aar Al-'Utaibi. Team
diawasi oleh Dr. Jamaal Haami Tim Departemen Mikrobiologi Medis, Fakultas
Sains, Universitas Qâshim.
[21] Abdul Malik Ali al-Kulaib, ‘Alâmah al-Nubuwwah,
diterjemahkan oleh Abu Fahmi dengan Judul Nubuwwah : Tanda-tanda Kenabian,
(Jakarta: Gema Insani Press : 1992), , hal. 124.
[23]Nizar Ali, Hadis Versus Sains : Memahami Hadis-Hadis Musykil,
(Yogyakarta, Teras : 2008) hal. Hal. 36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar