Minggu, 29 Oktober 2017

Hadis Kealaman

Kemanfaatan dan Kemadhoratan Seekor Lalat



BAB I
PENDAHULUAN
Hadis Nabi selalu hangat untuk diperbincangkan meski sudah ada sejak tahun 700 masehi. Perkataan, perbuatan dan ketetapan tersebut sebagai sabda Nabi Muhammad SAW, menjadi pedoman bagi umat Islam untuk menjalani setiap langkah hidupnya. Tentu saja, hadis mencakup berbagai aspek kehidupan, baik itu masalah teologis, sosiologis, maupun saintifis. Meski mencakup beberapa hal, tetap bermuara pada pengabdian seorang hamba kepada tuhannya.
Dalam permasalahan saintifis, Nabi Muhammad SAW memberi informasi yang pada masanya belum terbukti. Informasi tersebut baru dibuktikan ratusan tahun setelahnya. Pakar-pakar sains baik dari kalangan muslim dan non-muslim turut andil dalam mengungkap hal tersebut meski tidak selalu dilatarbelakangi oleh hadis nabi. Salah satu informasi nabi perihal saintifis adalah adanya racun pada sayap kiri lalat beserta penawarnya disayap kanan.
Tanggapan atas hadis nabi tentang lalat sangat beragam. Umat muslim tentu saja menganggap informasi itu benar, tidak perduli sudah terbukti secara ilmiah atau tidak. Umat islam kebanyakan menerima dengan mudah informasi saintifis karena beranggapan adanya keterkaitan dengan aspek teologis. Namun, alangkah bijaknya untuk tetap membuktikannya secara ilmiah menggunakan studi keilmuan yang fokus pada permasalahan tersebut.
Oleh karena itu, penulis ingin mengupas lebih dalam permasalahan hadis nabi tentang lalat. Agar lebih sistematis, penulis menghimpun rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana kualitas hadis nabi tentang lalat beserta pendapat ulama terkait hal tersebut?
2.      Bagaimana pembuktian secara ilmiah hadis tentang lalat?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teks Hadis Tentang Lalat Dan Takhrijnya
a.       Teks Hadis (HR,. Bukhori 3037) [1]
حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي عُتْبَةُ بْنُ مُسْلِمٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ بْنُ حُنَيْنٍ،قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ: " إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ، ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ
 فَإِنَّ فِي إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَالْأُخْرَى شِفَاء "
Artinya :
Telah bercerita kepada kami Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal berkata; telah bercerita kepadaku Utbah bin Muslim berkata; telah mengabarkan kepadaku Ubaid bin Hunain berkata; saya mendengar Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika ada seekor lalat yang terjatuh pada minuman kalian maka tenggelamkan kemudian angkatlah, karena pada satu sayapnya penyakit dan sayap lainnya terdapat obatnya.”

b.      Hadis yang setema
1)      (HR. Bukhori 5782) [2]
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ عُتْبَةَ بْنِ مُسْلِمٍ، مَوْلَى بَنِي تَيْمٍ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ حُنَيْنٍ،مَوْلَى بَنِي زُرَيْقٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ، ثُمَّ لِيَطْرَحْهُ، فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ شِفَاءً، وَفِي الآخَرِ دَاءً
Artinya :
Telah bercerita kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ja’far, dari Utbah bin Muslim, Maula Bani Tamm, Ubaid bin Hunain, Maula Bani Zaraq, dari Abi Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika ada seekor lalat yang terjatuh pada minuman kalian maka tenggelamkan kemudian angkatlah, karena pada satu sayapnya penyakit dan sayap lainnya terdapat obatnya."
2)      HR. Darimi 2082[3]
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثُمَامَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا وَقَعَ الذُّبَابٌ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ، فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ دَاءً، وَفِي الْآخَرِ شِفَاءً "
Artinya :
Telah mengabarkan kepada kami Sulaiman bin Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salmah, dari Tsamamah bin Abdillah bin Anis, dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila seekor lalat terjatuh dalam minuman salah seorang dari kalian, hendaknya ia mencelupkan seluruhnya kemudian mengangkatnya, karena di salah satu sayapnya terdapat penyakit dan sayap yang lain adalah penawarnya."
3)      HR. Nasa’i 2062[4]
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ قَالَ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ خَالِدٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَمْقُلْهُ»
Artinya :
Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin Ali, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b, ia berkata; telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Khalid dari Abu Salamah dari Abu Sa'id Al Khudri dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Apabila seekor lalat jatuh dalam bejana salah seorang diantara kalian maka hendaknya ia membenamkannya ke dalam air.”
c.       Takhrij Hadis
Takhrij hadis dari hadis bukhori nomor 3037 adalah sebagai berikut[5] :
No
Nama Kitab
Nomor Hadis
1
Shahih Bukhori
5782, 3320
2
Sunan Nasa’i
4262
3
Abu Dawud
3844
4
Darimi
2082
5
Ibnu Majah
3505, 3504

d.      Kualitas Perawi Hadis (Jarh wa Ta’dil)[6]
Nabi Muhammad SAW Abu Hurairah Ubaid bin Hunain Utbah bin Muslim Sulaiman bin Bilal Khalid bin Makhlad Imam Bukhori
  1. Abu Hurairah (w. 57 H)
Nama lengkap    : Abu Hurairah Ad-Dausy (Banyak sahabat yang berbeda pendapat mengenai namanya. Namun, itu merupakan namanya yang masyhur)
Nama kuniyah   : Abu Aswad
Nasab                 : ad-Dausy, al-Yamani
Guru-guru          : Nabi SAW, Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khottab, Usman bin affan, Aisyah binti Abu Bakar, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas’ud, Abu Said al-Khudri, Abu Dzar al-Ghifari
Murid-murid      : Abu Bakar bin Abdurrahman, Ubaid bin Hunain, Iyas bin Muawiyah, Abi Ayyub al-Anshari, Hamid bin Malik al-Hijazi
Jarh Ta’dil          : Mengenai kualitasnya, jumhur ulama mengatakan bahwa semua rawi yang berada di tingkatan sahabat adalah adil.
  1. Ubaid bin Hunain (w. 105 H)
Nama lengkap    : Ubaid bin Hunain
Nama kuniyah   : Abu Abdillah
Nama masyhur   : Ubaid  bin Hunain at-Tha’i
Nasab                 : at-Tha’i, al-Madani
Guru-Guru         : Hasan bin Ali bin Abu Thalib, Abu Hurairoh, Abdullah bin Umar, Abu Musa al-Asyari, Abdullah bin Abbas
Murid-murid      : Utbah bin Muslim, Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Dzubab, Abu Zanah bin Abdullah bin Dzakwan, Salim Abu Nadr, Marwan bin Utsman bin Abi Said al-Ma’la al-Anshori, Yahya bin Said al-Anshori
Jarh Ta’dil          : Abu Hatim, Ibnu Hajar al Asqalani dan Muhammad bin Sa’d Katibul Waqdi mengatakan bahwa kualitas rawi ini adalah tsiqoh
  1. Utbah bin Muslim
Nama lengkap    : Utbah bin Muslim
Nama masyhur   : Utbah bin Abi Utbah At-Tamini
Laqob                : Ibnu Abi Utbah
Nasab                 : at-Tamimi, al-Madani
Guru-guru          : Hamzah bin Abdullah bin Umar, Ubaid bin Hunain, Abdulah bin Rafi’ bin Hudaij, Ikrimah Maula pada Ibnu Abbas, Nafi’ bin Jubair bin Ma’tha, dan Abi Salamah bin Abdurrahman Disy
Murid-murid      : Said bin Abi Hilal, Malik bin Abi al-Hasan, Muhammad bin Ishaq, Muslim bin Khalid az-Zanji, Sulaiman bin Bilal, Yusuf bin Ya’qub bin Majusy, Muhammad bin Ja’far bin Abi Katsir
Jarh Ta’dil          : Ibnu Hibban, nasa’i, Tirmidzi mengataknnya tsiqoh
  1. Sulaiman bin Bilal (w. 177 H)
Nama lengkap    : Sulaiman bin Bilal
Nama masyhur   : Sulaiman bin Bilal al Quraisy
Nama kuniyah   : Abu Ahmad, Abu Ayyub
Nasab                 : al-quraisy, at-Tamimi, al-Madani
Guru-guru          : Hamid Thawil, Ibrahim bin Abi Asid al-Barad, Ja’far bin Muhammad, Khotsim bin ‘Irak bin Malik, Abdullah bin Sulaiman al-Islami, Utbah bin Muslim, Shalih bin Kisan, Suhail bin Abi Shalih, Abi Hazm Salamah bin Dinar
Murid-murid      : Ziyad bin Yunus, Abdullah bin Mubarok, Abdullah bin Wahab, Said bin Hakim bin Abi Maryam, Abu Amir Abdul Malik bin Umar al-Aqdi, Marwan bin Muhammad ad-Dimsyaqi at-Thathari, Musa bin Daud ad-Dloby, Yahya bin Shakih al-Wahadzi, Khalid bin Makhlad
Jarh Ta’dil          : Abu Ahmad bin Ady al-Jarajani, Abu al-Qasim, Abu Hatim bin Hibban al-Bustani, Abu Abdullah al-Hakim, Abu Ya’la al-Kholili mengatakan tsiqoh. Adapun Ahmad bin Hanbal menyebutnya laba’sa bih
  1. Khalid bin Makhlad (w. 213 H)
Nama lengkap    : Khalid bin Makhlad
Nama masyhur   : Khalid bin Makhlad al-Qathwani
Nama kuniyah   : Abu al-Hitsam
Nasab                 : al-Qathwani, al-Kufy
Madzhab            : Syiah
Guru-guru          : Sulaiman bin Bilal, Ishq bin Hazm al Madani, ar-Rabi’ bin Mudzir ats-Tsauri, Said bin Saib, Abdurrahman bin Abdul Aziz al-Imami, Abdullah bin Sulaiman al-Islami, Sulaiman bin Bilal, Said bin Muslim
Murid-murid      : Bukhori, Ahmad bin Yusuf, Ishaq bin Rahawaih, Ibrahim bin Abdurrahman bin Mahdi, Ahmad bin Kholil al-Bazari, Ahmad bin Utsman bin Hakim, Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah, Abbas bin Muhammad, Abu dawud Sulaiman bin Sayf al-Harani
Jarh Ta’dil          : Abu Hatim, Ahmad bin Abdullah al-Ajli, Sholih bin Muhammad mengatakan tsiqoh, Abu dawud menilai shuduq, juga Yahya bin Muin yang menyebutnya ma ba’sa bih.
Berdasarkan penelitian tersebut, tidak satupun perawi hadis tersebut yang berstatuf dloif (minimal paling rendah tingkatannya adalah shuduq). Akan tetapi secara keseluruhan kebanyakan perawi hadis berada di tingkatan tsiqoh, bahkan ada yang berada pada derajat tsiqotus tsiqoh. Ditambah pula, tidak sedikit hadis pendukung terhadap hadis tersebut. Oleh karena itu, hadis yang telah dipaparkan diatas, dapat dikategorikan sebagai hadis yang kualitasnya shahih dan maqbu dari segi sanad.
B.     Lalat : Serangga pembawa bibit penyakit
Lalat adalah serangga kecil yang memiliki dua sayap dipunggungnya. Lalat adalah serangga kecil berasal dari bernga, dapat terbang, berwarna hitam, suka hinggap pada barang yang busuk (bangkai, kotoran, dan sebagainya) dan dapat menyebarkan penyakit.[7]
 Keberadaanya secara umum tidak diinginkan oleh semua orang. Secara umum masyarakat, berpikir bahwa lalat mempresentasikan akan sesuatu yang kotor dan penuh kuman penyakit. Secara kedokteran memang seperti itu adanya. Dikatakan dalam dunia medis, bahwa lalat dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti infeksi mata, infeksi kulit dan infeksi enterik (seperti diare), Desentry, Thypus, TBC, dan sebagainya. Hal ini disebabkan lalat adalah media berbagai kuman penyakit (carier patogen) mulai bakteri patogen bahkan virus penyebab berbagai penyakit, yang menempel di badannya.
“Organisme yang disebarkan M. domestica[8] kurang lebih  ada 100 jenis  yang bersifat patogen[9] terhadap manusia dan hewan. Lalat ini membawa agen penyakit yang diperoleh dari sampah, limbah buangan rumah tangga dan sumber kotoran lainnya. Agen penyakit ditularkan dari mulut melalui vomit drops, feses dan bagian tubuh lainnya yang terkontaminasi dan dipindahkan pada makanan manusia atau pakan hewan/ternak. Penelitian terakhir membuktikan infeksi Helicobacter pylori,[10]  Escherichia  coli[11], Cryptosporidium parvum dan H5N1[12]  dapat ditularkan oleh M. domestica.”[13]
Karena lalat adalah serangga yang selalu hidup ditempat yang kotor. Ia terbang hinggap kesana kemari di tempat yang kotor kemudia hinggap pada makanan atau minuman maka dapat menimbulkan wabah, sehingga makanan atau minuman yang telah dihinggapi oleh lalat tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi.
C.    Kontroversi hadis lalat
Hadis tentang lalat ini menuai komentar yang beragam. Secara umum masyarakat mengakui bahwa lalat adalah serangga kotor pembawa kuman penyakit. Hal tersebut diakui secara medis, jadi dalam pendangan medis, hadis tersebut tidak masuk akal. Bahkan para kaum teolog juga berpendapat demikian, matan hadis tersebut dirasa tidak masuk akal karena bertentangan dengan  rasio dan medis.[14]
Hal tersebut juga terlihat dalam praktek masyarakat muslim sendiri. Hadis ini bagi masyarakat muslim sangat problematis. Makanan ataupun minuman yang telah dihinggapi oleh lalat, bahkan hingga tercebur didalamnya,mereka akan membuang makan atau miuman tersebut. Secara rasio mereka tidak dapat menerima dan mempraktekan hadis tersebut. Meskipun, dilihat dari sanadnya, hadis ini shohih, tetapi stigma akan lalat yang kotor dan membawa berbagai macam penyakit tidak bisa diabaikan oleh mayoritas umat muslim.[15] 
Secara medis kelihatannya hadis tersebut meragukan, tidak ilmiah dan tersangkal secara keilman (Dr. Maurice Bucaille juga termasuk yang menyangkalnya). Menurut pertimbangan yang rasional, bahwa lalat adalah binatang kotor, yang makanannya adalah bangkai, kotoran manusia dan hewan, sampah dan sebagainya. Lalat juga menyebarkan berbagai penyakit mulai Kholera, Diare, Desentry, Thypus, TBC, dan sebagainya. Hal ini disebabkan lalat merupakan media berbagai kuman penyakit (carier patogen) mulai bakteri patogen bahkan virus penyebab berbagai penyakit, yang menempel di badannya.Sungguh tidak “masuk akal” hadis di atas. Itulah komentar para ilmuwan. Wajar saja bila Dr. Maurice Bucaille —  seorang dokter ahli bedah asal Perancis yang sudah masuk Islam — pun menyangsikan keabsahan hadis tersebut.[16]
Mereka yang menolak hadis ini berkomentar[17] :
“ Bahkan (hadist ini) menganjurkan agar kuman itu (kuman pada lalat) semakin ditambahi, karena diperintahkan agar lalt tersebut dibenamkan  ke dalam makanan atau minuman. Dalam keadaan seperti itu mana mungkin ada oba dalam makanan tersebut?”
“Hadist ini tidak dapat dibenarkan pengertianya. Tidak layak Rasulullah telah mengucapkannya. Kalaupun benar-benar hal tersebut pengucapanya, maka itu merupakan ucapan yang salah, sehingga memunculkan pendapat orang yang tidak menerima kema’shumannya.”
Namun beberapa kaum teolog yang lain, mencoba menanggapi hadis ini dengan respon positif. Seperti yang ditunjukan oleh Yusuf Qardhawi, Beliau berpendapat bahwa hadis tersebut berisi anjuran dalam hal persoalan duniawi, khususnya dalam kondisi krisis ekonomi dalam lingkungan tertentu yang mengalami kekurangan bahan pangan, agar tidak membuang makanan yang telah terhinggapi lalat, bahkan hadis ini memberikan penekanan tentang pembinaan generasi untuk hidup sederhana dan bersikap tidak boros.[18]
Beberapa yang lain juga mencoba merespon hadis ini sebagai hadis yang problematis serta dilematis untuk penduduk Arab sendiri. Sebagian besar wilayah Arab  adalah padang pasir yang tandus. Air sebagai kebutuhan pokok bagi tubuh manusia menjadi penting keberadaanya di padang pasir ini. Pada wilayah padang pasir air tidak dapat ditemukan dengan mudah seperti halnya di daerah tropis Indonesia. Mereka yang terdesak dengan keterbatasan air, berada dalam keadaan dilematis, ketika satu-satunya air yang dipunyai dihinggapi oleh lalat. Meraka dihadapkan dengan dua pilihan yaitu jika membuang air, mereka akan mati kehausan atau ketakutan akan kematian akibat bibit penyakit yang dibawa oleh lalat itu sendiri.[19] Sehingga pilihan satu-satunya adalah memakai solusi yang ditawarkan hadis tersebut. Dr. Zaghlul an-Najjar menambahkan bahwa keadaan seperti itu hanya mampu dipahami oleh orang yang mengalami keadaan tersebut. Sehingga dapat digaris bawahi bahwa hadist ini cukup solutif untuk konteks wilayah Arab yang sangat sulit akan air dan bagi orang yang dalam keadaan darurat.
Respon yang lain datang dari akademisi yang mencoba meneliti hadis tersebut dengan pendekatan ilmiah saintik. Mereka melakukan percobaan terhadap air yang dihinggapi lalat saja dan air yang dihinggapi lalat serta menenggelamkan seluruh tubuh lalat.[20] Hasil penelitianya akan kami uarikan di babselanjutnya.
D.    Bukti Ilmiah tentang lalat
Sejumlah riset belakangan ternyata menguatkan kebenaran hadis tersebut. Penjelasan Rasulullah SAW ini, kini termasuk di antara ilmu baru yang ditemukan beberapa tahun belakangan ini, dari hasil penelitian ditemukan bahwa ketika lalat hinggap di atas kotoran, dia memakan sebagiannya, dan sebagiannya lagi menempel pada anggota badannya. Sehingga dapat dipastikan bahwa lalat adalah serangga pembawa bibit penyakit. Selain itu, dalam tubuh lalat juga mengandung imunitas terhadap kuman-kuman yang dibawanya. Oleh karena itulah kuman-kuman yang dibawanya tidak membahayakan dirinya. Imunitas tersebut menyerupai obat anti biotik yang terkenal mampu membunuh banyak kuman. Pada saat lalat masuk ke dalam minuman dia menyebarkan kuman-kuman yang menempel pada anggota tubuhnya. Tetapi apabila seluruh anggota badan lalat itu diceburkan maka dia akan mengeluarkan zat penawar (toxine) yang membunuh kuman-kuman tersebut.[21]
Pernyataan di atas juga dapat dibuktikan dengan  penelitian yang dilakukan oleh Tim Departemen Mikrobiologi Medis, Fakultas Sains, Universitas Qashim. Mereka berhasil membuktikan kebenaran hadits tersebut. Hasil penelitiannya mereka presentasikan pada acara ”Student Research Seminar” di Universitas Qashim, KSA.
Penelitian dilakukan dengan melakukan eksperimen yang cukup sederhana, yaitu dengan mengkultivasi (menumbuhkan) air steril yang telah dicelupkan lalat ke media kemudian mengidentifikasi mikroba yang tumbuh. Lalat yang digunakan ada beberapa spesies, dan sample yang digunakan untuk  tiap  spesies  terdiri  dari dua  sample,  yaitu  (1)  sample  air  steril dimana  lalat  dimasukkan  sedemikian rupa  sehingga  hanya  bagian sayap lalat saja yang terkena air dan  (2) sample air  steril yang  dimasukkan lalat  yang dicelup seluruh tubuhnya. Semua ini dilakukan secara aseptis (bebas mikroba) di ruangan khusus, untuk menghindarkan terjadinya kontaminasi dari luar. Sampel air tersebut lalu dikultivasi ke sebuah media dan diinkubasi selama beberapa hari. Sehingga, pembiakan mikroba tumbuh serta jelas terlihat mata.
Hasil penelitian menunjukkan, salah satu media ditumbuhi koloni bakteri patogen tipe E. Coli yang merupakan penyebab berbagai macam penyakit. Adapun pada media lainnya, pada awalnya tumbuh koloni kecil tipe E. Coli, tetapi pertumbuhannya terhambat oleh mikroorganisme Bactery Actinomyces yang memproduksi antibiotik. Bakteri tersebut menghasilkan antibiotik yang dapat diekstrak, yakni menghasilkan actinomycetin dan actinomycin yang bersifat antibakteri dan antifungi. [22]
Dari penelitian tersebut beberapa catatan penting perlu dikemukakan sebagai berikut[23] :
1.      Bahwa sebagian besar mikroba (seperti E. Coli) yang ada dalam tubuh lalat dapat menyebabkan berbagai penyakit.
2.      Faktor yang menggagalkan perkembangan mikroba yang dibawa oleh lalat adalah antibakteri yang ada pada tubuh lalat itu sendiri, yaitu dengan membenamkan tubuh lalat pada media.
3.      Jika terdapat lalat yang hinggap pada makanan atau minuman, kemudian terbang begitu saja tanpa adanya proses pembenaman secara sempurna, maka makanan itu berbahaya untuk dikonsumsi.
Seperti yang dikutip dalam website UMY yang membahas hadis tentang lalat. [24] penulis juga mengutip dari koran Republika, terbitan Sabtu tanggal 1 Mei 2004. Koran tersebut menurunkan sebuah tulisan, dengan judul “Lalat : anatara penyakit dan obat”
“Bahwa studi yang dilakukan oleh Universitas Colorado di Amerika menunjukkan bahwa lalat tidak hanya berperan sebagai karier patogen (penyebab penyakit) saja, tetapi juga membawa mikrobiota yang dapat bermanfaat.
Mikrobiota di dalam tubuh lalat ini berupa sel berbentuk longitudinal yang hidup sebagai parasit di daerah abdomen (perut) mereka. Untuk melengkapi siklus hidup mereka, sel ini berpindah ke tubulus-tubulus respiratori dari lalat. Jika lalat dicelupkan ke dalam cairan, maka sel-sel tadi akan ke luar dari tubulus ke cairan tersebut.
Mikrobiota ini adalah suatu bakteriofag yang tak lain adalah virus yang menyerang virus lain serta bakteri. Virus ini dapat dibiakkan untuk menyerang organisme lain. Bakteriofag sendiri saat ini sedang dikembangkan sebagai terapi (pengobatan) bakteri terbaru.”
Sejauh ini penelitian tersebut telah mebuktikan bahwa empat spesies  lalat yang ia teliti (termasuk lalat rumah) memproduksi berbagai bentuk antibiotik pada berbagai bentuk antibiotik pada berbagai stadium dari siklus hidupnya. Penelitian tersebut dipublikasikan tahun 2002, namun sampai sekarang belum diketahui kelanjutannya.
 Walaupun dalam prakteknya akan sulit bagi kita untuk mencelupkan keseluruhan badan lalat kedalam makanan, paling tidak kebenaran hadist ini akhirnya terbukti setelah sekian lama mengundang kontroversi di kalangan para ilmuwan.

KESIMPULAN
Dari pemamaran diatas, dapat kita ketahui bahwa Perkembangan Ilmu Pengetahuan (Sains) senantiasa merespons doktrin keagamaan. Tidak sedikit ayat al-Qur’an maupun hadis yanag sudah dapat dibuktikan kebenarannya oleh ilmu modern ini.
Hadis tentang obat pada sayap lalat, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam kitab Shahih Bukhari nomor 3073, pada akhirnya terbukti kebenarannya baik secara teoiritis maupun percobaan laboratorium bahwa salah satu sayap pada lalat mengandung obat dan sayap satunya lagi menganung racun. Sehingga ketika ada minuman yang dihinggapi lalat, maka dianjurkan untuk mencelupkan seluruh tubuh lalat ke dalam air minum tersebut. Sedangkan pada makanan yang dihinggapi lalat, bagian yang dihinggapi lalat saja yang dibuang. Tidak semuanya. Salah satu alasannya adalah untuk menghindari kemubadziran.

DAFTAR PUSTAKA

RI, Kemenag. 2011. Al-Qur’anul Karim: Miracle The Reference, Panduan Terlengkap dan Praktis Mengamalkan al-Qur’an, (Bandung: Sygma).
Software lidwa                                           
Software Maktabah Syamilah, Bukhari, 1999. Shahih Bukhari, (Beirut: Dar Thuq an-Najah),
Software Maktabah Syamilah, Darimi, 2000, Sunan ad-Darimi, (Beirut: Dar al-Mughni)
Software Maktabah Syamilah, Nasa’i, 2000, Sunan an-Nasa’i, (Beirut: Dar al-Mughni
al-Mazi, al-Hafidz. 1994. Tahdzibul Kamal, (Beiru: Darul Fikr)
Enggar Fitri. Loeki., Hastutik. Pudji, 2007, Potensi  Musca Domestica Linn.  Sebagai  Vektor Beberapa Penyakit
Ali. Nizar, 2008, Hadis Versus Sains : Memahami Hadis-Hadis Musykil, (Yogyakarta: Teras)
Najdiy Al-Qushaimy. Abdullah ibn Ali, 1993, Memahami Hadist-Hadist Musykil, (Pustaka Mantiq)
Qardhawiy. Yusuf, 1994, Bagaimana  Memahami Hadis Nabi SAW, (Bandung: Kharisma).
Najjar. Zaghlul, 2006, Pembuktian Sains dalam Sunnah (buku 2), (Jakarta: Sinar Grafika Offset)
Ali al-Kulaib. Abdul Malik, 1992, Tanda-tanda Kenabian, (Jakarta: Gema Insani Press).
http://kbbi.web.id/lalat, diakses pada tanggal 15 April 2017



[1] Software lidwa
[2] Software Maktabah Syamilah, Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 7, (Beirut: Dar Thuq an-Najah, 1999), Hlm. 140 Bab “Jika ada seekor lalat yang terjatuh pada minuman kalian”
[3] Software Maktabah Syamilah, Imam ad-Darimi, Sunan ad-Darimi, Juz 2, (Beirut: Dar al-Mughni, 2000), Hlm. 1297, Bab “Lalat yang berada pada makanan”
[4] Software Maktabah Syamilah, Imam an-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i, Juz 2, (Beirut: Dar al-Mughni, 2000), Hlm. 1297, Bab “Lalat yang berada pada makanan”
[5] Software Maktabah Syamilah
[6] al-Hafidz al-Mazi, Tahdzibul Kamal, (Beirut, Darul Fikr:1994)
[8] M. domestica adalah salah satu jenis lalat rumah.
[9] Bakteri yang menyebabkan penyakit.
[10] Bakteri ini dapat mengakibatkan sakit tukak lambung. Lihat http://doktersehat.com/penyakit-yang-disebabkan-oleh-bakteri-helicobacter-pylori/
[11] Bakteri ini dapat mengakibatkan sakit diare, infeksi saluran kemih, sepsis dan meningitis, lihat http://www.psychologymania.com/2012/08/penyakit-yang-disebabkan-oleh-bakteri.html
[12] Virus influenza yang menyebabkan penyakit flu burung.
[13] Pudji Hastutik dan Loeki Enggar Fitri, “Potensi  Musca Domestica Linn.  Sebagai  Vektor Beberapa Penyakit : Potency Of M. Domestica Linn. As A Vector For Several Diseases”  dalam Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXIII, No. 3, Desember 2007
[14] Kontroversi hadis di mesir
[15] Nizar Ali, Hadis Versus Sains : Memahami Hadis-Hadis Musykil, (Yogyakarta, Teras : 2008) hal. 33
[17] Abdullah bin Ali An-Najdiy Al-Qushaimy, Memahami Hadist-Hadist Musykil (Pustaka Mantiq : 1993) hal. 82-83
[18] Yusuf Qardhawiy, Kaifa Nata’ammal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyah, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir dengan judul  Bagaimana  Memahami Hadis Nabi SAW, (Bandung: Kharisma, 1994), cet. ke-3, hal. 23.
[19] Zaghlul An-Najjar, diterjemahkan oleh M. Lukman, Pembuktian Sains dalam Sunnah (buku 2),  judul asli Al-I’jaz Al-Ilmy fi As-Sunnah An-Nabawiyah Al-Juz’u Ast-Stani, ( Jakarta, Sinar Grafika Offset : 2006) hal. 104 lihat juga  Nizar Ali, Hadis Versus Sains : Memahami Hadis-Hadis Musykil, (Yogyakarta, Teras : 2008) hal. 33
[20] Penelitian dilakukan oleh tiga mahasiswa yaitu : Sami Ibrahim Aj-Taili , 'Aadil 'Abdur Rahman Al-Misnid, Khalid Dha'aar Al-'Utaibi. Team diawasi oleh Dr. Jamaal Haami Tim Departemen Mikrobiologi Medis, Fakultas Sains, Universitas Qâshim.
[21] Abdul Malik Ali al-Kulaib, ‘Alâmah al-Nubuwwah, diterjemahkan oleh Abu Fahmi dengan Judul Nubuwwah : Tanda-tanda Kenabian, (Jakarta: Gema Insani Press : 1992), , hal. 124.
[23]Nizar Ali, Hadis Versus Sains : Memahami Hadis-Hadis Musykil, (Yogyakarta, Teras : 2008) hal. Hal. 36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar